Perjalanan, Jarak, dan Perihal yang Tak Selesai
Jarak.
Sebuah lintasan ruang dan waktu yang sering dialami oleh siapapun, termasuk
seekor kucing. Begitupun dengan perjalanan: menuju-kembali adalah pilihan
paling logis. Seberapa kita mencintai jarak dan perjalanan hingga lupa bahwa kita
perlu istirahat barang sejenak. Tidak ada yang mampu menebak akhir dari jarak
dan perjalanan, entah sesuai harapan atau malah melenceng dari yang
dicita-citakan. Siapkah kita? Entah!
Untuk
berbicara jujur kepada diri sendiripun teramat sulit. Sekian banyak manusia
terus bergerak menuju jarak dan perjalanan yang penuh tanda tanya. Sesekali mereka
istirahat karena lelah atau dibenturkan oleh keadaan.
Sejak
kecil kita telah dikenalkan oleh jarak, seperti rindu terhadap hari Minggu ataupun rindu terhadap pelukan hangat orang tua. Apakah kita akan istirahat dari rindu?
Entah. Kita akan terus berkata entah karena
ketidaktahuan terhadap ujung (red—pertemuan). Apakah perlu mencoba menjelma
sebagai tokoh di anime Dragon Ball
atau film Avangers Endgame agar bisa memanipulasi ruang dan waktu.
Hingga
detik ini manusia akan tidur di malam hari, kemudian pada pagi hari siap
merancang aktivitas dengan pola serupa. Pembeda hanya urusan eksternal. Masih ada
jarak dan perjalanan yang perlu kita lalu tanpa perlu tahu apa hasilnya.
Untuk meredam pikiran dan pertanyaan, saya meminjam kalimat milik Orga Itsuka (tokoh anime Gundam Iron Blood
Orphans): “We don't need any
destinations. We just need to keep moving forward. As long as we don't stop,
the road will continue”.
Bahwa
kita hanya perlu terus berjalan ke depan. Percayalah, jarak dan perjalanan
hanya sebuah media untuk menemukan pintu: tempat kita benar-benar istirahat.
Gambar saya dapatkan dari https://pixabay.com/id/photos/latar-belakang-kegelapan-bayangan-3267244/.
Posting Komentar
0 Komentar