Permasalahan dalam Menulis Kreatif
Menulis merupakan perkara mudah. Entah
tulisan yang hidup di beranda Facebook,
Instagram, maupun di jejaring sosial
lainnya. Banyak penulis muda, termasuk saya, terpenjara oleh hagemoni; tulisan
yang sudah saya hasilkan kiranya bisa membuat para pembaca berbetah-betah duduk
menikmati suguhan kata-kata dan mungkin secangkir kopi pula. Dalam urusan
menulis, perkara yang kerap mendominasi adalah sasaran pembaca atau merujuk
pada pasar. Makin sering penulis menyesuaikan hasil tulisan terhadap pasar,
maka identitas kepenulisan perlahan kian hilang. Sebab pasar merupakan arena
untuk berpindah-pindah. Sebagai contoh pasar, atau bisa disebut sebagai musim,
yang menggiring para penulis adalah novel. Beberapa tahun yang lalu novel
dengan judul dan cerita patroitisme merabak. Kemudian berganti ke judul semacam
“Love in New York”. Dilanjut novel yang bersangkutan dengan keagamaan. Dan belum
lama perihal kehidupan anak sekolah. Hidup hanya berbicara tentang perputaran,
demikian juga dalam proses kreatif. Sayangnya hal ini menjadi boomerang bagi para penulis muda (baca:
belum berpegalaman), termasuk saya. Proses kreatif ditekan dengan tuntutan
pasar. Ide yang awalnya membanjiri pikiran perlahan surut setelah (ide) tak relevan
dengan kebutuhan pasar. Namun, dilihat dari sisi positif, proses kurasi di
pasar penulisan sudah tentu mampu menghasilkan penulis-penulis dengan karya
yang bisa membuat pembaca duduk berlama-lama. Segala hal tentu memiiki dampak,
entah baik maupun buruk.
Oh iya, selain urusan di atas,
persoalan lain dalam menulis adalah pemilihan topik. Saya setuju dengan
kematangan berpikir selama menulis, namun bukan perkara udah. Memerlukan banyak
waktu, kerap membatasi ide, dan beberapa dampak lainnya. Dalam kasus ini, saya
sering terjebak dalam proses penulisan; terhenti saat cerita mulai memasuki
lima hingga enam lembar. Barangkali cara atau solusi untuk mengantisipasi
pemilihan topik ataupun kematangan ide, ialah mencai hal-hal sederhana yang kerap
bersinggungan dengan penulis. Hal sederhana diwujudkan dalam konteks karya yang
luar biasa sudah tentu keinginan saya pribadi, dan mungkin penulis lainnya.
Sumber gambar: https://geotimes.co.id/wp-content/uploads/2017/07/Menulis.jpg
Posting Komentar
0 Komentar